TERASJATENG.ID, Semarang – Terapi Plasma Konvalesen kini jadi salah satu langkah terapi untuk penyembuhan pasien COVID-19 yang digalakkan pemerintah. Siapa sosok di balik Terapi Plasma Konvalesen ini ?
Dr Theresia Monica Rahardjo adalah salah satu sosok yang pernah mendapat penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Penghargaan dengan Nomor rekor: 9491 atas nama Dr. Theresia Monica Rahardjo, dr., Sp.An., KIC., M.Si. tercatat sebagai rekoris Pelopor Tatalaksana Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid – 19.(INTI) Jateng
Menurut Ketua perhimpunan Indnesia Tionghoa Gouw Andi Siswanto , penghargaan tersebut diserahkan oleh MURI dalam acara seremonial Program Online Talkshow INTI Jabar di Bandung , beberapa waktu lalu.
Terapi Plasma Konvalesen, papar Andy, adalah pemberian plasma dari donor pasien Covid-19 yang telah sembuh kepada pasien yang sudah dinyatakan positif corona.“Jenis terapi plasma konvasalen sebelumnya sudah diterapkan dalam mengatasi penyakit akibat virus lainnya, seperti flu Spanyol dan Ebola, dan sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu,” terang Andy mengutip•keterangan Dr. Theresia Monica Rahardjo, dr., Sp.An., KIC., M.Si.
Ditambahkannya, efektivitas terapi akan optimal bilamana pasien pada gejala mulai sesak atau paling lambat 14 hari setelah terseteksi positif, langsung diaplikasikan, bukan pada setelah kritis yang akan membutuhkan penanganan lebih lama.
“Saat ini Terapi Plasma Konvalesen ini sudah dilaksanakan di 7 RS Rujukan Pemerintah di Indonesia diantaranya RSPAD, RS Kariadi, RS Soetomo, RS Moewardi, RS Saiful Anwar, RS Sardjito, RS Unud dan dalam proses resmi untuk diimplementasikan di setiap rumah sakit di Indonesia sepanjang vaksin aktif belum tersedia,” imbuhnya.
Cara Kerja Plasma Konvalesen
Terapi Plasma Konvalesen kini menjadi salah satu metode pengobatan virus Corona Covid-19 yang dilakukan di Indonesia. Lalu bagaiman cara kerjanya? Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An, KIC, M.SI, yang menjadi inisiator penerapan Terapi Plasma Konvalesen, menjelaskan secara singkat bagaimana Terapi Plasma Konvalesen bekerja.
Menurut Dr. Theresia, TPK merupakan cara terapi yang sudah lama ditemukan dan bermanfaat dalam penanggulangan berbagai penyakit virus tetapi tidak begitu terdengar gaungnya karena tertutup oleh obat dan vaksin.
“Terapi Plasma Konvalesen dilakukan dengan mengambil plasma darah pasien Covid-19 yang sudah sembuh dan memiliki antibodi.Plasma darah ini lalu dimasukkan ke dalam tubuh pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan, dengan harapan antibodi dapat menangkal virus menginfeksi anggota tubuh lainnya,” papar Dr. Theresia.
Menurut Dr. Theresia, sebelumnya, Terapi Plasma Konvalesen ini pernah diterapkan untuk mengatasi wabah SARS, Ebola, H1N1 dan MERS, hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa TPK pada penyakit-penyakit tersebut memberikan hasil yang cukup baik terutama bagi pasien dengan gejala berat sampai kritis.
“Bila diterapkan secara baik dan benar, maka TPK, yang merupakan vaksinasi pasif, dapat berperan sebagai cara pengobatan dan pencegahan. Penerapan TPK yang tepat dapat menurunkan angka mortalitas secara bermakna bahkan dapat digunakan sebagai sarana proteksi sampai vaksinasi aktif ada dan dapat digunakan,” jelas Dr. Theresia.
Berdasarkan buku Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalesen Bagi Pasien Covid-19 di Indonesia yang diluncurkan pada 6 April 2020 lalu, TPK telah digunakan di rumah sakit-rumah sakit rujukan pemerintah dan swasta di seluruh Indonesia.
Hal ini menurut Dr Theresia , tak lepas dari peran Siloam Hospital Village sebagai rumah sakit swasta pertama yang merencanakan Terapi Plasma Konvalesen secara luas untuk pengobatan Covid-19. Atas usahanya, Dr. Theresia diganjar penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
Dr. Theresia sangat berharap buku perdana Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalen yang disusun bersama tim dari berbagai disiplin ilmu ini dapat bermanfaat sebagai buku pedoman dan acuan bagi setiap pusat pendidikan dan pelayanan kesehatan di Indonesia dalam melaksanakan terapi plasma konvalesen. “Saya berharap buku ini bermanfaat bagi dunia kesehatan dan juga dapat berkontribusi dalam penurunan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien COVID-19,” pungkas Dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An, KIC, M.SI.***
Ch Heru Cahyo Saputro