TERASJATENG.ID, Semarang – Pergelaran wayang kulit yang mengusung lakon “Kangsa Adu Jago” digelar dalam rangka HUT Ke-3 Monod Laras, Hari Wayang dan HUT Monod Diephuis ke -100 berlangsung gayeng dan sukses. Pagelaran wayang kulit ini disuguhkan kolaborasi sembilan dalang cilik dan pengrawitnya juga siswa dari Perkumpulan Karawitan dan Pedalangan Sanggar “Monod Laras” .
Pagelaran ditaja Perkumpulan Karawitan dan Pedalangan Sanggar “Monod Laras”di Gedung Monod Diephuis di Jalan Kepodang 11-13 Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, Minggu Siang (14/11/2021).
Pamong Perkumpulan Karawitan dan Pedalangan “Monod Laras”, Tjahjono Rahardjo dalam sambutannya mengatakan, Monod Laras didirikan sebagai wadah dalam rangka melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan dalam hal ini budaya tradisi karawitan dan wayang.
Tjahjono Raharjo yang merupakan sesepuh pamong Perkumpulan Karawitan dan Pedalangan “Monod Laras” ini lebih lanjut, mengatakan, Sanggar Monod Laras didirikan untuk memberikan ruang pembelajaran bagi anak-anak tentang dunia karawitan dan pedalangan.
Ditambahkannya, Monod Laras ingin mendidik anak-anak belajar pedalangan dengan benar. Harapannya, ke depan mereka bisa jadi dalang yang mumpuni dan punya otoritas ketika berpentas Kalau pun tak jadi dalang mereka akan menjadi penonton yang apresiatif.
“Monod Laras muridnya diawali dengan 2 orang siswa yang dipandegani bapak FX Rudjito. Tetapi karena beliau sudah sepuh, kini diteruskan oleh pak Supno dan Ki Guwarso. Selama tiga tahun ini terus bertumbuhkembang, murisnya duapuluhan lebih. Hal ini tentunya tak terlepas dari dukungan bapak Agus Winarto dan juga para orang tua siswa,” ujar Tjahjono Raharjo,
Pembina Sanggar Monod Laras Agus Suryo Winarto sekaligus pemilik Gedung Monod Diephuis dalam sambutannya, mengatakan, sangat senang Sanggar Monod Laras bisa berjalan konsisten selama tiga tahun ini menghidupkan , merawat, dan melestarikan kesenian tradisi wayang dan karawitan. Sudah selama tiga tahun Monod Laras dari Gedung Monod Diephuis menggaungkan kesenian tradisi yang bersaing dengan restoran dan cafe-cafe. Mudah-mudahan kiprah Monod Laras ini bisa menular dan ditiru ditempat lain.
“Harapannya ke depan Monod Laras makin terus bertumbuhkembang ikut berperan serta dalam melestarikan budaya, hal ini tentunya harus mendapat dukungan para orang tua agar anaknya tetap belajar seni karawitan dan pedalangan di sini,” ujar Agus Winarto.
Lebih lanjut, dikatakannya, di Kawasan Kota Lama yang luasnya sekitar 40 hektar ada 56 bangunan cagar budaya (BCB) . “Bisa dibayangkan kalau bangunan-bangunan kuno ini dijadikan tempat pentas kesenian. Kawasan Kota Lama bisa jadi medan seni yang hebat,” pungkas Agus Winasrto yang juga anggota Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L).
Pada kesempatan itu, Agus Winarto , menyerahkan sertifikat dan hadiah kepada Fatah Kevin Yudhistira yang berhasil juara 1 dalam Lomba Sabet Visual “Kategori A:” dalam rangka Hari Wayang digelar Himpunan Mahasiswa Pedalangan ISI Surakarta dan hadiah kepada lima anak yang berhasil jadi finalis Lomba Dalang Kota Semarang 2021 yaitu; Ardian, Tutuka, Jagad, Rafi dan Adsha dan juga bea siswa kepada Ardian berupa bebas iuran selama setahun.
Kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Agus Winarto yang diserahkan kepada Kevin. Sedangkan pamong Supono mendapat sampur memotong kue tart ulang tahun yang diserahkan kepada Dhudu salah satu siswa Monod Laras.
Pagelaran yang mengusung kisah “ Kongso Adu Jago” dibuka oleh Ardian , kemudian bertutur-turut tampil Tutuka , Jagad , Tegar , Fajar Adhsa . Abyan , Rafi . Kevin dan sebagai pamungkas mengakhiri lakon Faril .
Menariknya para dalang cilik ini dengan suka cita dan kompak saling membantu persiapan rekannya yang akan tampil menggantikannya. Selain itu, para dalang cilik ini juga ikut terlibat menjadi pengrawit gamelan yang mengiringi rekannya pentas ; Ardian (Nabuh Demung), Tutuka ( Kandang), Jagad ( Nabuh Kenong).Tegar (Nabuh Saron) Fajar Adhsa (Nabuh Bonang Barung), ( Abyan Nabuh Gong Kempul), Rafi (Nabuh Peking ) Kevin (Nabuh Saron 2) dan Faril (Nabuh Slenthem)
Ardian Dalang (Nabuh Demung), Tutuka ( Kandang), Jagad ( Nabuh Kenong).Tegar (Nabuh Saron) Fajar Adhsa (Nabuh Bonang Barung), ( Abyan Nabuh Gong Kempul), Rafi (Nabuh Peking ) dan Kevin (Nabuh Saron 2) dan Faril (Nabuh Slenthem).
Christian Heru